Jokowi Bisa Menggandeng Tito di Pilpres 2019 Mendatang, Jika…
Pilpres masih dua tahun lagi, namun sudah banyak tokoh yang masuk dalam bursa capres atau cawapres. Salah satu nama yang mencuat adalah Kapolri Jenderal Tito Karnavian, ia dinilai punya peluang menjadi cawapres pada pilpres mendatang.
Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menyatakan jika Tito dianggap punya kans yang cukup besar untuk menjadi pendamping Joko Widodo (Jokowi).
Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menyatakan jika Tito dianggap punya kans yang cukup besar untuk menjadi pendamping Joko Widodo (Jokowi).
Arya menilai jika Jokowi punya tingkat keterpilihan lebih dari 45 persen, maka mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut bisa mempertimbkangkan untuk mencari calon wakil presiden dari non-partai. Arya membuat perbandingan dengan yang dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Pilpres 2009 yang lalu.
“Kalau Jokowi sangat kuat seperti SBY, maka dia bisa jadi mengambil orang nonpartai,” kata Arya saat dihubungi JPNN.com, Kamis (13/7/2017), dikutip dari jpnn.com.
Akan tetapi jika ternyata tingkat keterpilihan Jokowi hanya dibawah 45 persen, maka dirinya menganggap perlu berdampingan dengan cawapres dari orang-orang partai. Selain tingkat keterpilihan, hal itu juga bergantung kepada syarat partai politik bisa mengajukan calon presiden dan wakil presiden.
“Kalau syaratnya partai politik atau gabungan partai politik memiliki 20 persen kursi di DPR, maka harus berkoalisi. Salah satu bentuk konsesi koalisi adalah posisi cawapres bagi parpol,” tutur Arya.
Arya juga berpendapat jika sampai saat ini hanya Jokowi dan Prabowo Subianto yang menonjol sebagai Capres dibandingkan nama-nama lainya. Beberapa nama yang juga disebut-sebut bakan meramaikan Pilpres 2019 adalah putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Akan tetapi, Arya menilai jika Agus maupun Gatot masih belum terlampau tinggi elektabilitasnya.
“Belum muncul tokoh yang kuat. Sampai sekarang persaingan masih terjadi antara dua tokoh, yaitu Jokowi dan Prabowo,” ucapnya.
“Kalau Jokowi sangat kuat seperti SBY, maka dia bisa jadi mengambil orang nonpartai,” kata Arya saat dihubungi JPNN.com, Kamis (13/7/2017), dikutip dari jpnn.com.
Akan tetapi jika ternyata tingkat keterpilihan Jokowi hanya dibawah 45 persen, maka dirinya menganggap perlu berdampingan dengan cawapres dari orang-orang partai. Selain tingkat keterpilihan, hal itu juga bergantung kepada syarat partai politik bisa mengajukan calon presiden dan wakil presiden.
“Kalau syaratnya partai politik atau gabungan partai politik memiliki 20 persen kursi di DPR, maka harus berkoalisi. Salah satu bentuk konsesi koalisi adalah posisi cawapres bagi parpol,” tutur Arya.
Arya juga berpendapat jika sampai saat ini hanya Jokowi dan Prabowo Subianto yang menonjol sebagai Capres dibandingkan nama-nama lainya. Beberapa nama yang juga disebut-sebut bakan meramaikan Pilpres 2019 adalah putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Akan tetapi, Arya menilai jika Agus maupun Gatot masih belum terlampau tinggi elektabilitasnya.
“Belum muncul tokoh yang kuat. Sampai sekarang persaingan masih terjadi antara dua tokoh, yaitu Jokowi dan Prabowo,” ucapnya.
sumber : netralnews
Loading...