Presiden Filipina Ancam Akan Melempar Para Koruptor Dari Helikopter
Presiden Filipina Rodrigo Duterte tak henti menebar sensasi. Setelah sebelumnya menyatakan perang terhadap narkoba di negaranya, kini ia juga melemparkan ancaman kepada pelaku korupsi di negaranya.
Dia mengancam akan melempar mereka yang melakukan korupsi dari atas helikopter.
Duterte mengatakan, melempar seorang pelaku kejahatan dari atas sebuah helikopter yang sedang terbang bukanlah hal baru dirinya. Karena secara mengejutkan ia mengaku pernah melempar seorang penculik dari atas sebuah helikopter.
“Jika Anda korup, saya akan menjemput Anda dengan helikopter dan saya akan melempar Anda dalam perjalanan ke Manila,” kata Duterte saat berbicara di Ibu Kota Provinsi Camarines Sur saat melakukan kunjungan Topan Nock-Ten
“Saya telah melakukan itu sebelumnya, mengapa saya tidak bisa melakukannya lagi?” tanya Duterte, seperti dilansir Russia Today via SINDOnews, pada Kamis (29/12/2016).
Sebelumnya, Duterte juga mengaku pernah menembak mati seorang pengedar narkoba. Hal itu dia lakukan saat dirinya masih menjabat sebagai Walikota Davao.
Pengakuan mengejutkan Duterte itu memancing reaksi keras, baik dari dalam negeri ataupun dunia internasional. Komisi HAM Filipina, dan Dewan HAM PBB mendesak untuk dilakukannya penyelidikan terkait pernyatan Duterte itu.
Sementara itu, pihak oposisi Filipina mendesak agar Parlmen memakzulan Duterte atas apa yang dia lakukan. Pihak oposisi mengatakan apa yang dilakukan Duterte adalah tindakan kejahatan berat.
Lebih dari 6.000 orang telah dibunuh dalam aksi anti-narkotika tersebut sejak ia berkuasa, sekitar sepertiganya dalam operasi-operasi polisi sementara sisanya masih diselidiki. Banyak di antaranya diyakini sebagai pembunuhan main hakim sendiri, yang tidak pernah dikutuk Duterte.
Mantan walikota Davao di selatan negara itu telah mengatakan perang atas narkoba akan tuntas dalam enam bulan, tapi ia kemudian memperpanjang tenggat. Bulan lalu ia menyatakan akan terus “sampai pengedar terakhir mati.”
Langkahnya yang keras telah dikritik banyak pihak, termasuk Amerika Serikat dan PBB, namun Duterte mempertahankan status “sangat baik” dalam jajak pendapat dalam negeri, menurut kelompok survei Philippine Social Weather Stations bulan ini.
Di jalan-jalan Manila, warga dari berbagai profesi memberikan pendapatnya sebagai berikut, seperti dikutip dari VOA Indonesia.
“Usaha kami sangat menderita. Orang-orang takut keluar rumah. Pada saat fajar kami hanya punya beberapa pelanggan. Setidaknya jumlah pecandu dan pengedar narkoba telah berkurang.” – Felicidad Magdayao, 59, pemilik sebuah restoran makanan siap saji.
“Beban saya dalam pengarsipan kasus di kantor telah berkurang. Saya sekarang lebih fokus pada pendidikan publik dan pencegahan.” – Ronaldo David, 49, polisi.
“Mungkin ada cara lain agar orang-orang tidak perlu mati,” ujarnya, menambahkan bahwa ia merasa lebih aman berjalan di jalan pada malam hari. – Cristine Angelie Garcia, 24, agen call center.
Lalu jika ketegasan Duterte memang selalu mengundang kontroversi, ya tak terbayangkan jika hal tersebut terjadi di Indonesia. Mungkin sudah berulangkali terjadi demo.
Atau bagaimana pula jika kebijakan perang korupsi Duterte tersebut dilakukan di Indonesia? Adakah yang masih berani korupsi, atau akan dimakzulkan juga?
[Sumber : suratkabar]
Lebih dari 6.000 orang telah dibunuh dalam aksi anti-narkotika tersebut sejak ia berkuasa, sekitar sepertiganya dalam operasi-operasi polisi sementara sisanya masih diselidiki. Banyak di antaranya diyakini sebagai pembunuhan main hakim sendiri, yang tidak pernah dikutuk Duterte.
Mantan walikota Davao di selatan negara itu telah mengatakan perang atas narkoba akan tuntas dalam enam bulan, tapi ia kemudian memperpanjang tenggat. Bulan lalu ia menyatakan akan terus “sampai pengedar terakhir mati.”
Langkahnya yang keras telah dikritik banyak pihak, termasuk Amerika Serikat dan PBB, namun Duterte mempertahankan status “sangat baik” dalam jajak pendapat dalam negeri, menurut kelompok survei Philippine Social Weather Stations bulan ini.
Di jalan-jalan Manila, warga dari berbagai profesi memberikan pendapatnya sebagai berikut, seperti dikutip dari VOA Indonesia.
“Usaha kami sangat menderita. Orang-orang takut keluar rumah. Pada saat fajar kami hanya punya beberapa pelanggan. Setidaknya jumlah pecandu dan pengedar narkoba telah berkurang.” – Felicidad Magdayao, 59, pemilik sebuah restoran makanan siap saji.
“Beban saya dalam pengarsipan kasus di kantor telah berkurang. Saya sekarang lebih fokus pada pendidikan publik dan pencegahan.” – Ronaldo David, 49, polisi.
“Mungkin ada cara lain agar orang-orang tidak perlu mati,” ujarnya, menambahkan bahwa ia merasa lebih aman berjalan di jalan pada malam hari. – Cristine Angelie Garcia, 24, agen call center.
Lalu jika ketegasan Duterte memang selalu mengundang kontroversi, ya tak terbayangkan jika hal tersebut terjadi di Indonesia. Mungkin sudah berulangkali terjadi demo.
Atau bagaimana pula jika kebijakan perang korupsi Duterte tersebut dilakukan di Indonesia? Adakah yang masih berani korupsi, atau akan dimakzulkan juga?
Loading...