Menarik, kalau menyaksikan, melihat, menonton dan mengamati permainan, atau lebih tepat disebut pertarungan politik di jalan menuju panggung pilpres 2019. Meski 2019 masih 2 tahun lagi, tetapi nuansa, aura atau hawa panas mulai terasa. Dan diyakini hawa panas itu akan mendidih menjelang hari “H” 2019.
Dari berbagai gelagat pertarungan yang mulai terbaca saat ini, bersumber dari sejumlah pilar alias dinasti darah biru yang sejak kemerdekaan mulai kelihatan. Adalah tiga dinasti yang sejak lama memancarkan aura kebesarannya. Sebut saja dari dinasti Soekarno, Soeharto, dan Sarwo Edhie Wibowo.
Sarwo Edhi Wibowo atau yang lebih dikenal dengan nama Sarwo Edhiesaja, memang sangat populer di zaman populernya PKI ketika itu. Bahkan, popularitasnya jauh melebihi Pak Harto ketika itu. Sarwo Edhieadalah sang pemimpin Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Dan jelasnya, Ibu Any Yudhoyono adalah anak Sarwo Edhie Wibowo itu. Tanpa mengecilkan kebesaran keluarga Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun oleh segelintir orang dikatakan kebesaran Pak SBY tidak terlepas dari kebesaran Ibu Any Yudhoyono.
Sehingga, dari sananya sudah kelihatan secara telanjang tentang kebesaran tiga dinasti itu, Soekarno, Soeharto dan Sarwo Edhie. Dan sekarang sudah terlihat bahwa kebesaran ketiga dinasti itu telah melahirkan para pemimpin negeri ini.
Soekarno, adalah sang proklamator dan presiden ke-1 RI, Soeharto juga menjadi presiden ke-2 RI, dan Sarwo Edhie yang meski tidak sempat jadi presiden ketika itu, tetapi keluarganya, tepatnya suami anaknya, Bu Any, yakni SBY juga bisa menjadi presiden.
Dan kini, ketiga tokoh sentral di masa lalu itu, telah melahirkan dan membentuk dinastinya masing-masing. Dari dinasti Soekarno telah berhasil melahirkan Megawati Soekarnoputri yang pernah juga jadi presiden, tinggal apakah Soeharto akan melahirkan anaknya yang dapat menjadi presiden seperti Megawati?
Atau, apakah malah cucu Soekarno yang kembali menjadi presiden, yaitu Puan Maharani, anak Megawati yang kini telah menjadi menteri, sehingga diyakini itu menjadi batu loncatan untuk meraih kekuasaan yang lebih tinggi lagi, yaitu Presiden, atau minimal wakil presiden pada pilpres 2019?
Dari dinasti Seoharto, sebenarnya masih tampak jelas kalau beberapa anaknya dapat dikatakan masih menunjukkan gelagatnya untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini. Oleh banyak pengamat dikatakan, ada Mbak Tutut, Tommy dan Titiek Hediati, yang masih, entah secara diam-diam atau secara terang-terangan sedang merajut harapan untuk menjadi presiden.
Kenapa ketiga anak Soeharto itu yang diprediksikan meneruskan dinasti Soeharto, itu karena ketiga anak itulah yang lebih sering tampil ke ruang publik dan membuat publik Indonesia bergemuruh, apalagi saat mereka melantunkan wacana seputar politik dan bisnis.
Selain Mbak Tutut, Tommy, dan Titiek Hediati, yang diprediksi masih ingin menapaki kursi RI-I, juga ada Prabowo Subianto, yang sudah dua kali gagal meraih kursi RI-I, tetapi dari kacamata publik, masih terlihat jelas kalau keinginan menjadi orang nomor satu Republik itu masih tajam dan jelas.
Dengan melihat sudah dua kali Prabowo gagal meraih kursi RI-I, dan peluangnya sudah tambah kecil pada pilpres 2019, maka dari keluarga Cendana ini, masih lebih memungkinkan adalah Tommy dan Titiek.
Titiek sendiri sekarang masih bergulat di panggung politik dengan menjadi anggota DPR dari Partai Golkar. Sedangkan, Tommy, meski tidak lagi menjadi anggota DPR, tetapi energi politik dan ekonominya masih sangat kuat untuk bertarung menuju kursi RI-I pada pilpres 2019.
Selain, tokoh-tokoh muda dari kedua dinasti Soekarno dan Soeharto, ada juga tokoh muda lain yang semakin diperhitungkan, bahkan kelihatan cukup brilian meskipun masih muda, yakni Agus Harimurti Yudhoyono dari dinasti Cikeas, cucunya Sarwo Edhie, atau anaknya Bu Any dan mantan presiden SBY.
Agus sendiri memang pernah gagal meraih kursi gubernur DKI Jakarta. Tetapi, jelas sekali kalau kekalahan hari itu, tidak membawanya hilang semangat. Karena, jika dapat diprediksi, jelas kalau pencalonan diri Agus ketika itu, sebenarnya baru tahap awal alias latihan awal untuk bertarung di kancah politik yang memang sangat keras.
Kita bisa berani mengatakan kalau cita-cita akhir dari perjuangan politik Agus bukan berhenti jadi gubernur, melainkan ingin mengikuti jejak sang ayah untuk menjadi presiden suatu saat kelak, kalau bukan tahun 2019, ya puncak perjuangannya adalah lima tahun kemudian.
Pertimbangannya hanya satu, usianya masih sangat muda, dan masih perlu menambah pengalamannya dalam mengabdi kepada bangsa dan negara ini. Dan dari gelagat politik yang mulai terbaca saat ini, Agus dapat menjadi tokoh kuda hitam dalam percaturan dan pertarungan politik untuk 10 sampai 15 tahun ke depan.
Pertanyaannya, dinasti siapakah yang akan lebih mendominasi politik di panggung kekuasaan di negeri ini, perjalanan waktulah yang akan menyeleksi dan mengukirnya.